HUMAN IMMUNO DEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROM
(HIV/AIDS)
Oleh : Tarikh Azis*
Dewasa ini, sudah semakin banyak masyarakat terkena penyakit
HIV/AIDS oleh sebab itu, kita perlu tahu lebih jelas tentang apa yang di maksud
dengan HIV/AIDS agar masyarakat lebih paham dan mengerti tentang HIV/AIDS, di
samping itu juga masyarakat dapat mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS sehingga
tidak sampai menularkan virus tersebut kepada orang lain.
Pengertian HIV/AIDS
Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah
menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia,
dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga
mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan
lain-lain. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk
penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala
penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun. Selama kurun
waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar maupun tidak pengidap
HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain.
Etiologi
Pada pertengahan tahun 1981 Centers for Disease
control (CDC) di Atlanta, Amerika Serikat dalam Morbidity and Mortality
Report edisi juni 1981, melaporkan adanya suatu kelainan baru pada sistem
kekebalan manusia yang melumpuhkan pertahanan tubuh. Kelainan ini segera
menarik perhatian dunia karena cepat menular, dalam 2 tahun telah ditemukan
1825 kasus di Amerika Serikat. Pada bulan Mei 1983 Prof. Luc Montagnier
(Perancis) dan Dr. Robert Gallo (Amerika Serikat) dapat mengisolasi virus
penyebab kelainan ini dari kelenjar getah bening penderitanya. Virus ini
disebut Human Immunodeficiency Virus yang menyebabkan suatu sindrom yang
disebut Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
AIDS merupakan bentuk terparah akibat infeksi HIV. HIV
adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital sistem kekebalan
manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel +), mikrofag, dan sel dendritik. HIV
secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel tersebut
dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik. Jika HIV membunuh sel T
CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter darah, kekebalan
selular hilang dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS
Penularan
HIV/AIDS
Karena AIDS
bukan penyakit, AIDS tidak menular yang menular adalah HIV yaitu virus yang
menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam
larutan darah cairan sperma dan cairan vagina, dan bisa menular pula melaui
kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain konsentrasi HIV
sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.
Tidak ada
gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang
mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping
itu orang yang terinfeksi HIV bisa saja tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan
atau tahun seseorang yang sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan
gejala klinis yang khas tetapi baru tampak pada tahap AIDS.
Ada empat cara penularan HIV,
yaitu:
1. Melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa
perlindungan atau menggunakan kontrasepsi (kondom).
2. HIV dapat menular melalui transfusi dengan darah yang sudah
tercemar HIV
3. Seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada
bayi yang dikandung, itu tidak berarti HIV /AIDS merupakan penyakit turunan,
karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia sedangkan HIV menular saat
darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan atau darah anaknya
4. Melalui pemakaian jarum suntik akufuntur, jarum tindik dan
peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.
Gejala
HIV/AIDS
Gejala-gejala
AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah masa inkubasi,
yang biasanya berlangsung antara 5-7 tahun setelah terinfeksi. Selama masa
inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan jumlah sel T semakin
berkurang, kekebalan tubuhpun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit.
Masa inkubasi
terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV masuk kedalam
aliran darah, disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu berkisar
antara 1-6 bulan, pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil yang
negativ karena tes yang mendeteksi anti body HIV belum dapat ditemukan, tetapi
walaupun seseorang yang terinfeksi HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia
dapat menularkan HIV kepada orang lain. Tahap kedua disebut kondisi
asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan gejala-gejala walaupun
dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat dideteksi melalui tes. Kondisi
ini bisa berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap inipun seseorang yang positif
bisa menularkan HIVnya pada orang lain. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran
kelenjar limfe yang menetap dibanyak bagian tubuh. Dan tahap keempat ditandai
dengan kondisis seseorang yang sel T– 4 (sel darah putih sebagai pertahanan
tubuh saat antigen masuk) pada dirinya sudah berada dibawah 200 / mikroliter
sehingga muncul berbagai macam penyakit, terutama penyakit-penyakit yang
disebabkan infeksi oportunistik. Sebenarnya infeksi oportunistik ini juga sudah
sering muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia belum akan
dikatakan dalam kondisi AIDS apabila sel T – 4 didalam darahnya masih diatas
200 / mikroliter.
Seorang
dianggap menderita AIDS bila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi
pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya di dapatkan 2 gejala mayor
yang berkaitan dengan 1 gejala minor dan gejala ini bukan disebabkan oleh
keadaan-keadaan lain berkaitan dengan infeksi HIV:
1.
Gejala Mayor
Berat badan menurun lebih dari 10%
dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam
berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan
neurology, demensia / ensefalopati HIV.
2.
Gejala Minor
Bentuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis
generalisata yang gagal, herpes zoster berulang, kandidosis kronis
orofaring, herpes simpleks kronis progresif, limfadenopati generalisata,
infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
Pencegahan HIV/AIDS
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau
AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada
penghindaran kontak dengan virus / jika gagal perawatan antiritrovirus secara
langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk untuk mengurangi HIV/AIDS, yaiutu :
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk untuk mengurangi HIV/AIDS, yaiutu :
1.
Menghindari hubungan seks di luar nikah, pemakaian kondom
pada mereka yang mempunyai pasangan HIV positif, menggunakan jarum suntik dan
alat tusuk lainnya yang terjamin sterilnya
- Skrining pada semua kantong donor darah.
- Wanita dengan HIV positif tidak hamil
- Kondom untuk kelompok resiko tinggi
- Hal-hal yang tidak menularkan HIV
Berpelukan sosial, berjabat tangan, pemakaian wc, wastafel
atau kamar mandi bersama, di kolam renang, gigitan nyamuk / serangga lain,
membuang ingus, batuk atau meludah, pemakaian piring, alat makan atau makan
bersama.
Dengan
melihat kondisi di masyarakat di era sekarang ini , jelaslah bahwa
penyakit/virus HIV sangat membahayakan bahkan lambat laun bisa mematikan. Untuk
itu kita semua harus selalu waspada, dengan cara menjauhkan diri dari segala
perbuatan yang dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam
arti tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Sumber : Adhi
Juandha. (2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . Jakarta : FKUI
*Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Smt.VIII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar